http://www.animatedfavicon.com

Rabu, 13 Agustus 2014

Sejarah Perbedaan NU & Muhammadiyah

Akar Sejarah Perbedaan NU - Muhammadiyah

Tulisan di bawah ini sangat menarik mengupas Latar belakang beda pendapat antara Nahdlatul Ulama (NU)  dan Muhammadiyah (MD) dalam masalah LEBARAN dan RAMADHAN.

LEBARAN DUA VERSI, MUHAMMADIYAH "BIANG KEKACAUAN" ?

Oleh : ahmad musta'in syafi'ie
Kiai Ahmad Dahlan dan Kiai Hasyim Asy'ari itu sekawan, sama-sama menunut ilmu agama di Arab Saudi. Sama-sama ahli Hadis dan sama-sama ahli fikih. Saat hendak pulang ke tanah air, keduanya membuat kesepakatan menyebarkan islam menurut skil dan lingkungan masing-masing.


Kiai Ahmad bergerak di bidang dakwah dan pendidikan perkotaan, karena berasal dari kuto Ngayogyokarto. Sementara kiai Hasyim memilih pendidikan pesantren karena wong ndeso, Jombang. Keduanya adalah orang hebat, ikhlas dan mulia. Allahumm ighfir lahum.

Keduanya memperjuangkan kemerdekaan negeri ini dengan cara melandasi anak bangsa dengan pendidikan dan agama. Kiai Ahmad Dahlan mendirikan organisasi Muhammadiyah dan kiai Hasyim Asy'ari mendirikan Nahdlatul Ulama (NU). Saat beliau berdua masih hidup, tata ibadah yang diamalkan di masyarakat umumnya sama meski ada perbedaan yang sama sekali tidak mengganggu.

Contoh kesamaan praktek ibadah kala itu antara lain : Pertama, shalat tarawih, sama-sama dua puluh rakaat. Kiai Ahmad Dahlan sendiri disebut-sebut sebagai imam shalat tarawih dua puluh rakaat di masjid Syuhada Yogya. Kedua, talqin mayit di kuburan, bahkan ziarah kubur dan kirim doa dalam Yasinan dan tahlilan (?). Ketiga, baca doa qunut Shubuh. Keempat, sama-sama gemar membaca shalawat (diba'an).

Kelima, dua kali khutbah dalam shalat Id, Idul Ftri dan Idul Adha. Keenam, tiga kali takbir, "Allah Akbar", dalam takbiran. Ketujuh, kalimat Iqamah (qad qamat al-shalat) diulang dua kali, dan yang paling monumental adalah itsbat hilal, sama-sama pakai rukyah. Yang terakhir inilah yang menarik direnungkan, bukan dihakimi mana yang benar dan mana yang salah.

Semua amaliah tersebut di atas berjalan puluhan tahun dengan damai dan nikmat. Semuanya tertulis dalam kitaf Fikih Muhammadiayah yang terdiri dari tiga jilid, yang diterbitkan oleh : Muhammadiyah Bagian Taman Pustaka Jogjakarta, tahun 1343an H. Namun ketika Muhammadiyah membentuk Majlis Tarjih, di sinilah mulai ada penataan praktik ibadah yang rupanya " harus beda " dengan apa yang sudah mapan dan digariskan oleh pendahulunya. Otomatis berbeda pula dengan pola ibadahnya kaum Nahdhiyyin. Perkara dalail, nanti difikir bareng dan dicari-carikan.

Disinyalir, tampil beda itu lebih dipengaruhi politik ketimbang karena keshahihan hujjah atau afdhaliah ibadah. Untuk ini, ada sebuah Tesis yang meneliti Hadis-hadis yang dijadikan rujukan Majlis Tarjih Muhammadiyah dalam menetapkan hukum atau pola ibadah yang dipilih.

Setelah uji takhrij berstandar mutawassith, kesimpulannya adalah : bahwa mayoritas Hadis-Hadis yang pakai hujjah Majlis Tarjih adalah dha'if. Itu belum dinaikkan pakai uji takhrij berstandar mutasyaddid versi Ibn Ma'in. Hal mana, menurut mayoritas al-Muhadditsin, hadis dha'if tidak boleh dijadikan hujjah hukum, tapi ditoleransi sebagai dasar amaliah berfadhilah atau Fadha'il al-a'mal. Tahun 1995an, Penulis masih sempat membaca tesis itu di perpustakaan Pascasarjana IAIN Sunan Kalijaga Ygyakarta.

Soal dalil yang dicari-carikan kemudian tentu berefek pada perubahan praktik ibadah di masyarakat, kalau tidak disebut sebagai membingungkan. Contoh, ketika Majlis Tarjih memutuskan jumlah rakaat shalat Tarawih depalan plus tiga witir, bagaimana praktiknya ?.

Awal-awal instruksi itu, pakai komposisi : 4,4,3. Empat rakaat satu salam, empat rakaat satu salam. Ini untuk tarawih. Dan tiga rakaat untuk witir. Model witir tiga sekaligus ini vrsi madzahab Hanafi. Sementara wong NU pakai dua-dua semua dan ditutup satu witir. Ini versi al-Syafi'ie.

Tapi pada tahun 1987, praktik shalat tarawih empat-empat itu diubah menjadi dua-dua. Hal tersebut atas seruan KH Shidiq Abbas Jombang ketika halaqah di masjid al-Falah Surabaya. Beliau tampilkan hadis dari Shahih Muslim yang meriwayatkan begitu. Karena, kualitas hadis Muslim lebih shahih ketimbang Hadis empat-empat, maka semua peserta tunduk. Akibatnya, tahun itu ada selebaran keputusan majlis tarjih yang diedarkan ke semua masjid dan mushallah di lingkungan Muhammadiyah, bahwa praktik shalat tarawih pakai komposisi dua-dua, hingga sekarang, meski sebagian masih ada yang tetap bertahan pada empat-empat. Inilah fakta sejarah.

Kini soal itsbat hilal pakai rukyah. Tolong, lapangkan dada sejenak, jangan emosi dan jangan dibantah kecuali ada bukti kuat. Semua ahli falak, apalagi dari Muhammadiyah pasti mengerti dan masih ingat bahwa Muhammadiyah dulu dalam penetapan hilal selalu pakai rukyah bahkan dengan derajat cukup tinggi. Hal itu berlangsung hingga era orde baru pimpinan pak Harto. Karena orang-orang Muhammdiyah menguasai deprtemen Agama, maka tetap bertahan pada rukyah derajat tinggi, tiga derajat ke atas dan sama sekali menolak hilal dua derajat. Dan inilah yang selalu pakai pemerintah. Sementara ahli falak Nadhliyyin juga sama mengunakan rukyah tapi menerima dua derajat sebagai sudah bisa dirukyah. Dalil mereka sama, pakai Hadis rukyah dan ikmal.

Oleh karena itu, tahun 90an, tiga kali berturut-turut orang NU lebaran duluan karena hilal dua derajat nyata-nyata sudah bisa dirukyah, sementara Pemerintah-Muhammadiyah tidak menerima karena standar yang dipakai adalah hilal tinggi dan harus ikmal atau istikmal. Ada lima titik atau lebih tim rukyah gabungan menyatakan hilal terukyah, tapi tidak diterima oleh departemen agama, meski pengadilan setempat sudah menyumpah dan melaporkan ke Jakarta. Itulah perbedaan standar derajat hilal antara Muhammadiyah dan NU. Masing-masing bertahan pada pendiriannya.

Setelah pak Harto lengser dan Gus Dur menjadi presiden, orang-orang Muhammadiyah berpikir cerdas dan tidak mau dipermalukan di hadapan publiknya sendiri. Artinya, jika masih pakai standar hilal tinggi, sementara mereka tidak lagi menguasai pemeritahan, pastilah akan lebaran belakangan terus. Dan itu berarti lagi-lagi kalah start dan kalah cerdas. Maka segera mengubah mindset dan pola pikir soal itsbat hilal. Mereka tampil radikal dan meninggalkan cara rukyah berderajat tinggi. Tapi tak menerima hilal derajat, karena sama dengan NU.

Lalu membuat metode "wujud al-hilal". Artinya, pokoknya hilal menurut ilmu hisab atau astronomi sudah muncul di atas ufuk, seberapapun derajatnya, nol koma sekalipun, sudah dianggap hilal penuh atau tanggal satu. Maka tak butuh rukyah-rukyahan seperti dulu, apalagi tim rukyah yang diback up pemerintah. Hadis yang dulu dielu-elukan, ayat al-Qur'an berisikan seruan " taat kepada Allah, Rasul dan Ulil amr " dibuang dan arergi didengar. Lalu dicari-carikan dalil baru sesuai dengan selera.

Populerkah metode "wujud al-hilal" dalam tradisi keilmuwan falak ?. Sama sekali tidak, baik ulama dulu maupu sekarang.

Di sini, Muhammdiyah membuat beda lagi dengan NU. Kalau dulu, Muhammadiyah hilal harus berajat tinggi untuk bisa dirukyah, hal mana pasti melahirkan beda keputusan dengan NU, kini membuang derajat-derajatan secara total dan tak perlu rukyah-rukyahan. Menukik lebih tajam, yang penting hilal sudah muncul berapapun derajatnya. Sementara NU tetap pada standar rukyah, meski derajat dua atau kurang sedikit. Tentu saja beda lagi dengan NU. Maka, selamanya tak kan bisa disatukan, karena sengaja harus tampil beda. Dan itu sah-sah saja.

Dilihat dari fakta sejarah, pembaca bisa menilai sendiri sesungguhnya siapa yang sengaja membuat beda, sengaja tidak mau dipersatukan, siapa biang persoalan di kalangan umat ?.

Menyikapi lebaran dua versi, warga Muhammadiyah pasti bisa tenang karena sudah biasa diombang-ambingkan dengan perubahan pemikiran pimpinannya. Persoalannya, apakah sikap, ulah atau komentar mereka bisa menenangkan orang lain ?.

Perkara dalil nash atau logika, ilmu falak klasik atau neutik, rubu' atau teropong moderen sama-sama punya. Justeru, bila dalil-dalil itu dicari-cari belakangan dan dipaksakan, sungguh mudah sekali dipatahkan.

Hebatnya, semua ilmuwan Muhammadiyah yang akademis dan katanya kritis-kritis itu bungkam dan tunduk semua kepada keputusan majlis tarjih. Tidak ada yang mengkritik, padahal kelamahan akademik pasti ada. Minal aidin al-faizin, mohon maaf lahir dan batin.

NU & MD itu beda


1348313291231771447infokorupsi.com
NU DAN MUHAMMADIYAH ITU BERBEDA, TETAPI SAMA ASALNYA
.
NU DAN MUHAMMADIYAH ITU BEDA
.

JELAS BERBEDA, TAPI DIMANA BEDANYA

MUHAMMADIYAH ADALAH GERAKAN PEMBAHARUAN YANG DI PRAKARSAI OLEH KH AHMAD DAHLAN,

YANG BERDIRI SEJAK HAMPIR SEABAD YANG LALU, DALAM RANGKA MENGKRITISI BANYAK HAL YANG DIJALANKAN OLEH PARA KYAI DI PESANTREN2, YANG SUDAH BERABAD ABAD BERJALAN .

NU, BERDIRI THN 1926 ATAU 14 TAHUN KEMUDIAN, BARU LAHIR NU SEBAGAI ORGHANISASI, MENGORGANISIR DAN MENGAKOMODASI KEPENTINGAN KYAI DI PESANTREN2. JADI PESANTREN DAN KYAI SUDAH ADA SEJAK BERABAD YANG LALU,

JADI KEMANDIRIAN KYAI DI NU ITU TAK BISA DIGANGGU GUGAT, TETAP MANDIRI, SAMPAI SAAT INI

BUKAN SEPERTI YANG DI PERSEPSIKAN SEOLAH NU BISA MENGAKOMODASI DAN MENJADI PEMIMPINNYA PARA KYAI DAN SEOLAH MENGUASAI SANTRI2 DAN PESANTREN.

MAKA TAK ANEH BEBERAPA KYAI DI PESANTREN2 ANGGOTA NU, KEMARIN MELAKUKAN IED PADA 30 AGUSTUS. KARENA TETAP SAJA SETIAP PESANTREN YANG DIPIMPIN KYAI MEMPUNYAI HAK PREROGATIP TENTANG IBADAH. DAN ITU TAK BISA DICAMPURI OLEH NU SEBAGAI ORGANISASI.

MUHAMMADIYAH PUN JUGA DEMIKIAN, SETIAP FATWA DAN KEPUTUSAN TARJIH MUHAMADIYAH, TAK SERTA MERTA DI IKUTI OLEH WARGA MUHAMMADIYAH, KECUALI KALAU MEMANG BENAR2 SUDAH SESUAI DENGAN KEYAKINANNYA SECARA INDIVIDU DAN BISA DITERIMA DENGAN AKLI MAUPUN NAKLI

JADI MUHAMMADIYAH SEBAGAI GERAKAN BUKAN MENGKRITISI NU, TETAPI MENGKRITISI SIKAP UMMAT ISLAM WAKTU ITU, YANG BERJALAN MELALUI KYAI2 DI PESANTREN. DAN KH AHMAD DAHLAN ASALNYA JUGA SANTRI, PENDIDIKANNYA DI PESANTREN BUKAN ORANG BIASA.


PERLU DI GARIS BAWAHI,
BAHWA UMUR MUHAMMADIYAH SAMPAI SEKARANG SUDAH HAMPIR 100 TAHUN,
DAN NU BERDIRI SEBAGAI ORGANISASI 14 TAHUN SETELAH MUHAMMADIYAH LAHIR.
GERAKAN MUHAMMADIYAH PENDIDIKANNYA BERSAMA DENGAN TAMAN SISWA. MERUPAKAN INTI DARI PERGERAKAN KEBANGKITAN NASIONAL, YANG MERUPAKAN CIKAL BAKAL BANGSA INI DAN NEGARA INI.

MUHAMMADIYAH ADALAH GERAKAN YANG KONTINYU DENGAN GERAKAN PESANTREN2 PARA KYAI BERABAD SILAM, DAN MERUPAKAN BAHAGIAN INTEGRAL DARI PERJUANGAN UMMAT ISLAM.
JADI PESANTREN MERUPAKAN CIKAL BAKAL MUHAMMADIYAH JUGA.

MAKA TAK ANEH DI SELURUH INDONESIA MUHAMMADIYAH JUGA MEMPUNYAI PESANTREN2 YANG JUMLAHNYA TAK SEDIKIT. BAHKAN MELUAS SAMPAI DI LUAR JAWA ,  KARENA TERNYATA SYSTEM PESANTREN JUGA ALTERNATIP PENDIDIKAN YANG BAIK,  DENGAN MENGAKOMODASI TATA LAKSANA SUATU PENDIDIKAN DENGAN SYSTEM NYANTRI ATAU ISTILAH KERENNYA ADALAH  BOARDING SCHOOL.

YANG PASTI SYSTEM PENDIDIKAN MUHAMMADIYAH SEKARANG INI DEMIKIAN LUAS   TERSEBAR HAMPIR SELURUH PELOSOK INDONESIA, DARI TK, SD , SMP, SMA,SAMPAI PERGURUAN TINGGI, MADRASAH2, IBTIDAIYAH, TSANAWIYAH DAN ALIYAH.

BAHKAN DIDALAM  UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MEMILIKI FAKULTAS AGAMA ISLAM YANG BERBASIS KEPADA PENYUSUNAN KURIKULUM YANG TELAH MENGALAMI MODERNISASI. MAKA JANGAN KAGET KALAU DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH, AKAN DITEMUKAN FAKULTAS YAG MEMPELAJARI AGAMA ISLAM. SELENGKAP IAIN WAKTU DULU.

HAL INILAH YANG MENGINSPIRASI PEMERINTAHAN GUSDUR, UNTUK MERUBAH IAIN MENJADI UNIVERSITAS YANG JUGA MEMPELAJARI FAKULTAS2 UMUM. DAN INI JELAS DIADAPTASI DARI PENDIDIKAN MUHAMMADIYAH YANG SUDAH BERHASIL.

GUS DURLAH YANG DENGAN ARIF MENGAKUI KEMAJUAN DI BIDANG INI, DAN MULAI MEMIKIRKAN DAN MENGEMBANGKAN PESANTREN KEARAH KURIKULUM YANG LEBIH MODERN, TANPA MENINGGALKAN MATERI YANG SUDAH EKSIS BERABAD YANG LALU. MAKA MULAILAH NU JUGA MENGEMBANGKAN UNIVERSITAS2. SAYANG GUS DUR TELAH TIADA, SEMOGA SAJA ADA YANG MENERUSKAN CITA CITA BELIAU.

GUS DUR KARENA CUCU DARI KH HASYIM ASARI DAN PUTRA DARI KH WAHID HASYIM, MAKA GUSDUR SUNGGUH TAK PERNAH MELIHAT MUHAMMADIYAH ADA DI SEBERANG, TETAPI ADALAH SAUDARA YANG LAHIR DARI RAHIM YANG SAMA YAITU PESANTREN.
YANG DAHULU KALA TELAH DI RINTIS OLEH PARA WALI KITA.

MAU DICARI PERBEDAANNYA YA PASTILAH BERBEDA,

JUSTRU BERBEDA ITULAH, KITA BANYAK MEMPEROLEH MANFAATNYA, BISA BERLOMBA LOMBA MERAIH KERIDHOAN ALLOH SUBHANAHUWATAALA DAN KEBAIKAN UNTUK KEMASLAKHATAN UMMAT .

KALAU SAMA LHA KENAPA MESTI LAHIR MUHAMMADIYAH DAN MESTI LAHIR ORGANISASI NU.

JADI YANG DIKRITISI MUHAMMADIYAH BUKAN NU, TETAPI ADALAH PESANTREN2 DAN PARA KYAI WAKTU ITU, TAK LAIN DAN TAK BUKAN UNTUK MENGEMBANGKAN ISLAM MENJADI LEBIH LUAS.

BOLEH DIKATAKAN NU DAN MUHAMMADIYAH MESTI BERLOMBA LOMBA DALAM KEBAIKAN.

TAK PERLU DI KHAWATIRKAN, TERJADINYA PERSETERUAN DI KALANGAN MUHAMMADIYAH DAN NU, KARENA PADA DASARNYA MEREKA ADALAH BERSAUDARA DAN BANYAK TOKOH2 MUHAMMADIYAH DAN TOKOH2 NU YANG TAHU SEJARAHNYA.

SEMOGA SEDIKIT TULISAN INI BISA MENGHAPUS DUGAAN DAN SPEKULASI YANG TERLALU JAUH.
KALAU ADA ORANG2/OKNUM2 DIMANAPUN ITU HAK MASING2, TETAPI SAYA JAMIN, SAMPAI KAPANPUN TAK ADA PERSETERUAN YANG SEBENARNYA, KECUALI PERSETERUAN YANG DI REKAYASA.

OLEH SIAPA YA SIAPA SAJA YANG INGIN MENGGUNAKAN NU ATAU MUHAMMADIYAH SEBAGAI KENDARAAN KEPENTINGANNYA.

HANYA ALLOH YANG MAHA TAHU YANG MENGHENDAKI TAKDIR.
MAHA BESAR ALLOH DENGAN SEGALA FIRMANNYA

TAKKAN DITURUNKAN AGAMA KEPADA MANUSIA
DAN YANG KEMUDIAN DISEMPURNAKANNYA,
KECUALI UNTUK KEMASLAHATAN SELURUH
UMMAT MANUSIA DAN KEHIDUPAN ALAM SEMESTA

MAHA BESAR ALLOH DENGAN SEGALA FIRMANNYA

SEMOGA

KITA SELALU DALAM KESABARAN
DAN PASRAH ATAS KEHENDAKNYA
TETAP DALAM IMAN ISLAM DAN IKHSAN